SENI budaya dan sejarah Sunda yang merupakan peninggalan tatali karuhun lambat laun akan pudar jika generasi penerusnya yang dilahirkan di Tatar Sunda (Pasundan) Jawa Barat ini tidak peduli dan ngamumule warisan para leluhurnya. Padahal yang namanya ngamumule warisan budaya leluhur adalah kewajiban urang Sunda.
Jika urang Sunda sudah mulai melupakan sejarah, apalagi berusaha menyingkirkannya, niscaya hidupnya akan salah kaprah. Sebab yang namanya urang Sunda kental dengan etika. "Mopohokeun budaya jeung sajarah, bakal salah kaprah, gagabah anu akhirna timbul mamala kana dirina".
Demikian dikatakan Sultan Sela Cau Tasikmalaya, Rohidin (31) di sela-sela "Ngaguar Budaya Sunda" di Sanggar Budaya Sunda, Jatinangor, belum lama ini. Rohidin yang asli Kp. Nagara Tengah, Desa Cibungur, Kec. Parungponteng, Kab. Tasikmalaya mengatakan hal ini mengingat saat ini dirinya prihatin karena banyak urang Sunda yang telah melupakan budaya dan sejarah Sunda.
Menurut Rohidin, adanya ancaman kepunahan terhadap seni dan budaya Sunda itu, setelah semakin derasnya budaya Barat masuk ke Indonesia, khususnya di Jabar. Bahkan ia menilai budaya Barat itu, lebih kuat dan cepat mengakar. Ancaman kepunahan pun bisa dilihat dari tatakrama generasi muda jaman kiwari yang sudah banyak mopohokeun sajarah tatali karuhun sebagai pewaris urang Sunda.
Sementara orang Sunda yang sudah melupakan sejarah para leluhur, sama dengan tidak menghargai sejarah. Tapi sampai saat ini, kata Rohidin masih ada orang Sunda yang setia untuk ngamumule budaya dan sejarah Sunda tersebut. "Kami berharap yang namanya urang Sunda kudu mikancinta kana budaya jeung sajarah Sunda," harap Sultan yang merupakan keturunan VIII Kesultanan Sela Cau Tasikmalaya ini.
Sultan juga berharap, kehidupan urang Sunda benar-benar bisa bangkit dan maju. Tidak lagi urang Sunda yang melupakan bahasa Sunda sebagai bahasa sehari-hari. Saat ini, ia menduga orang yang bicara dengan bahasa Sunda sudah mulai berkurang. "Sudah mulai berkurang, orang yang micinta basa Sunda. Karena itu, kami sebagai keturunan urang Sunda akan berusaha melestarikan sejarah Sunda. Termasuk untuk ngamumule bahasa Sunda," katanya.
Untuk itu, ia berusaha terus menyosialisasikan dan menyebarkan budaya Sunda di Jabar. Bahkan ia berharap, untuk meningkatkan kebangkitan urang Sunda itu, ada sebutan Daerah Istimewa Sela Cau Tasikmalaya. Seperti sebutan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Aceh.
Ia juga menilai, di wilayah Tatar Sunda dari mulai Ujung Kulon Banten hingga Cirebon dan Banjar, terdapat belasan kerajaan atau kesultanan. Keberadaannya harus terus dibangkitkan, dimumule, dan dilestarikan para penerusnya. Belasan kerajaan dan kesultanan di Tatar Sunda itu, di antaranya Kesultanan Sela Cau, Galuh Pakuan, Galuh Agung, Galuh Kawali, Banten, Pakuan, Pajajaran, Sumedang Larang, Kanoman, dan Cirebon. (engkos kosasih/"GM")**
DI sebuah tempat di Jatinangor, Kabupaten Sumedang, belum lama ini, sejumlah orang berkumpul dalam suatu acara. Rupanya, mereka diundang oleh penguasa .
Dikutip dari Tulisan Aan Merdeka Permana pada situs web Kesultanan sela cau.
22 Jan 2011
Di sebuah tempat di Jatinangor, Kabupaten Sumedang, belum lama ini, sejumlah orang berkumpul dalam suatu acara. Rupanya, mereka diundang oleh "penguasa" Kesultanan Selacau bernama Sultan Raden Rohidin Patrakusumah Vin. Sang sultan yang dimaksud masih sangat muda, baru berusia 31 tahun. Sepulang dari Bandung, sang sultan mengaku ingin berbincang dengan beberapa kalangan mengenai dirinya.
Kesultanan Selacau? Nama ini tentu saja asing di telinga siapa pun, tak terkecuali para pengamat sejarah. Nama kesultanan ini memang tak secuil pun dibahas di berbagai catatan lokal Tasikmalaya, tidak pula Jawa Barat. Beberapa waktu silam, TVRI Jabar-Banten memang pernah menayangkan liputan mengenai Kesultanan Selacau, tetapi mungkin lolos dari pengamatan banyak orang. Lagi pula, dalam tayangan televisi "pelat merah" itu, informasi mengenai Kesultanan Selacau tidak dibahas secara lengkap.
Ketika bertemu dengan sang sultan muda belia itu, penjelasan agak lebih terang benderang. "Saya juga heran, mengapa Kesultanan Selacau oleh pemerintah sendiri tidak pernah diungkapkan kepada khalayak," tutur Sultan Rohidin.
Kesultanan Selacau berdiri pada 1549 dengan penguasanya bernama Sultan Patrakusumah. Pusat keratonnya berada di Kampung Nagaratengah, Kabupaten Tasikmalaya, sebuah bangunan keraton berupa bangunan kayu seluas 1.500 meter persegi. Keraton itu kini tak lagi ada karena dibumihanguskan oleh Belanda, empat puluh tahun kemudian (1589). Belanda benci karena Kesultanan Selacau tidak mau bersekutu, bahkan sebaliknya selalu berupaya mengusir Belanda dari Selacau. "Ini yang menyakitkan-hati saya sebagai keturunan Sultan Sembah Dalem Patrakusumah. Kesultanan Selacau tidak pernah ber-khianat terhadap bangsa. Namun, pemerintah tak pernah menghormati kami dengan cara mencoba merawatnya," kata Sultan Rohidin.
Menurut dia, keberadaan Kesultanan Selacau sudah diakui oleh organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengurusi bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organlzation;UNESCO) karena terdapat dokumen resmi di Leiden, Belanda. "Namun, ketika kami melapor, pemerintah malah minta bukti autentik," kata Sultan.
Dokumen Kesultanan Selacau kini sudah menjadi milik sah Pemerintah Belanda. Soalnya, berdasarkan peraturan yang berlaku di negara itu, dokumen atau kekayaan apa pun, bila selama empat puluh tahun tidak diambil oleh ahli warisnya, akan menjadi milik Belanda. "Sudah 140 tahun lebih dokumen Kesultanan Selacau berada di Leiden. Bila diperjuangkan mau diambil, harus melalui pengadilan di sana dan kami kerepotan untuk mengurusnya," tutur Sultan Rohidin.
Setelah kehancuran Pajajaran
Kesultanan Selacau berdiri seiring dengan hancurnya Kerajaan Pajajaran. Berdasarkan catatan keluarga Selacau, sesudah Pajajaranhancur, secara berturut-turut, berdiri wilayah kekuasaan baru. Wilayah Sundakalapa dikuasai oleh Perserikatan Perusahaan Hindia Timur (Vereenigde Oostindische Compag-nie;VOC) dan wilayah Banten dikuasai oleh Kesultanan Banten. Wilayah Kuningan, Cirebon, dan Indramayu dikuasai oleh Kesultanan Cirebon, sedangkan wilayah timur Sungai Citarum hingga wilayah selatan Jabar dikuasai oleh Kesultanan Selacau. "Batas pantai mulai dari Pangandaran di timur hingga Cipatujah, Cilauteureun, Rancabuaya Cicau, Cianjur Selatan adalah wilayah pantai Kesultanan Selacau," ujar Sultan Rohidin.
Pada abad ke-16 itu, menurut Sultan, bentuk pemerintahan Kesultanan Selacau sudah modern. Dulu, pada zaman kerajaan, semua keputusan negara bergantung kepada raja. Di era Kesultanan Selacau sudah ada pembagian kekuasaan. Terdapat semacam Dewan Pertimbangan Agung yang pusat kegiatannya di Taraju. Ada pula Mahkamah Agung, pusat kegiatannya di Sancang. Selain itu, Kesultanan Selacau pun memiliki pejabat kejaksaan yang disebut Dalem Pangudar. Sementara, perwakilan kekuasaan di daerah diserahkan kepada para adipati. "Raden Sacataruna menjadi adipati di wilayah utara, bertempat di Cipaingeun, Sodonghilir. Sementara adipati wilayah selatan adalah kakek moyang Gubernur Sewaka, bertempat di Culamega. Adipatidi wilayah barat bernama Syeh Abdul Pa-ngeling, sedangkan wilayah timur diberikan kepada adipati Suryaningrat, berkantor di Genggelang, Parungbonteng," tutur salah seorang pembantu Sultan.
Bukti-bukti fisik akan keberadaan wilayah kesultanan memang sudah sulit ditemukan, kecuali beberapa artefak kuno, semisal makam Sultan Sembah. Dalem Patrakusumah. Di beberapa gua, terdapat pula tulisan-tulisan yang disusun dari huruf Sunda kuno. Menurut para pembantu Sultan Rohidin, isinya adalah paparan sejarah mengenai keberadaan Selacau. Di wilayah Batugede juga didapat prasasti, semacam peringatan atas perjuangan pasukan Kesultanan Selacau tatkala melawan VOC. "Cimukeya, yaitu pemandian raja di Situhiang, masih ada bekas-bekasnya walaupun samar, begitu pun bekas alun-alun kesultanan," tutur mereka. "Kami butuh pengakuan. Jangan biarkan sejarah masa lalu Sunda tenggelam dan tak diketahui anak cucu
DI MUMULE KU PUTRA MAHKOTA RDN SULTAN PATRA KUSUMAH
SILOKA
- BUDAK ANGON URANG KAMPUNG BAULISUNG JAUH KABEDUG ANGGANG KADULAG NGANYIKNA DIBIBIRIT LEWI IMAHNA BATU SATANGTUNG DIHATEUPAN KUHANEULEM DITIHANGAN KU HANJUANG
Jumat, 04 Maret 2016
NYUCRUK KESULTAN SELACAU KAB TASIKMALAYA
iapa tak mengenal Tasikmalaya. Terbagi dalam 2 pemerintahan Kota dan Kabupaten ini menyimpan banyak potensi daerah, mulai dari potensi SDM seperti kerjinan payungkertas, bambu, batik dan bordir. Selain itu, memiliki potensi alam yang dapat dijadikan bahan untuk pembangunan seperti kekayaan alam, batu bara, mangan dan pasir besi, juga memiliki budaya yang masih terjaga adat istiadatnya yakni kampung naga yang berpotensi sebagai tempat wisata. Selain itu, pegunungan, situ dan pantai, Tasikmalaya juga sering dikunjungi bagi wisatawan yang senang dengan wisata religi. Ada Makam dan Gua Pamijahan, Kanjeng Syeh Abdul Muhyi, Makam Baganjing dan makam Tanjung Malaya. Selain makam-makam tersebut ada rupanya masih ada tempat disebelah selatan Tasikmalaya yang belum banyak diketahui oleh masyarakat luas. Ya, tepatnya di Kecamatan Parung Ponteng Kabupaten Tasikmalaya, terdapat makam-makam para syeh dan raja-raja, yang sangat terkait erat dengan makam Kanjeng Syeh Abdul Muhyi di Pamijahan. Adalah Rohidin (33), pemuda kelahiran Tasikmalaya yang membuka dan mencoba merangkai sejarah dari patilasan karuhun di Tasikmalaya. Beberapa waktu lalu, BeJa, berkesempatan mengunjungi beberapa tempat yang dipandu langsung oleh Rohidin. Tempat pertama yang dikunjungi adalah makam Gusti Raden Putranaya Yudanasa Diwangsaraja. Menurut suami Ina (Ratu Mangku Alam I) ini, menuturkan, dari catatan sejarah yang dimilikinya, sekitar Tahun 1548-1589, berdiri kesultanan Selacau dengan pusat pemerintahannya di Negara Tengah, Ds. Cibungur Kec. Parung Ponteng Tasikmalaya. Kesultanan tersebut dipimpin oleh Raden Patra Kusumah dari kerajaan Mataram I, putra Syekh Akhmad Hirowi dari Tanah Arab yang menikah dengan Nyimas Ratna Sari Dewi atau yang di kenal dengan nama Mas Kusumah putra dari pramesuri Danmiani Dharmaksa dengan Gusti Prabu Surawisesa atau Jaya Perkasa, Raja Galuh Pakuan. "Almarhum Gusti Raden Putranaya Yudanasa Diwangsaraja menjadi bendahara di pemerintahan Kesultanan Selacau Tunggul Rahayu Periode III (1549 M - 1614 M)," Tuturnya. Untuk sampai areal pemakaman itu, tidak sulit karena Rohidin telah membangun jalan menuju areal pemakaman dengan biaya yang dikeluarkan secara pribadi. Di sekitar Areal tersebut, telah dibangun fasilitas seperti toilet dan musholla. Tidak jauh dari areal itu terdapat sebuah curug (air terjun) yang dinamakan Curug Kencana Luhur. Konon, kata Rohidin, curug tersebut dipercaya mengandung karohmah kewibawaan bagi yang mandi di curug kencana luhur. Melihat model pemerintahan kesultanan Sela Cau Tunggul Rahayu, ternyata telah menganut pemerintahan seperti sekarang yang memiliki lembaga khusus tentang hukum. Hal ini dilihat dari makam para Hakim Sela Cau, Kiai Sukmawijaya, Kiai Suradinata, Kiai Wiharma, Kiai Wiharja, Kiai Sukarta, dan Kiai Wihanta. Apa yang dilakukan ayah Sahrul Pangestu dan Serli Kusuma Diningrat ini memang patut di contoh. Karena sebagai seorang pemuda telah berfikir untuk menjaga dan melestarikan sejarah daerah dan bangsa untuk kebesaran bangsa Indonesia. Lebih lagi, yang dilakukan nya tidak menuntut dan menunggu aksi dari pemerintah setempat. Semoga apa yang dilakukannya dapat dilihat dan menjadi cambuk bagi kita para pemuda Indonesia terutama menjadi perhatian pemerintah Kabupaten Tasikmalaya.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/masdhie/nyukcruk-galur-patilasan-karuhun-kesultanan-sela-cau-tasikmalaya_551b25d2813311627f9de585
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/masdhie/nyukcruk-galur-patilasan-karuhun-kesultanan-sela-cau-tasikmalaya_551b25d2813311627f9de585
REFENSI CAGAR BUDAYA KESULTANAN SECAU TASIMLAYA
Selacau Parung Ponteng
Kategori: Situs Prasejarah
Elemen Budaya: Produk Arsitektur
Provinsi: Jawa Barat
Asal Daerah: Tasikmalaya
Elemen Budaya: Produk Arsitektur
Provinsi: Jawa Barat
Asal Daerah: Tasikmalaya
Selacau merupakan salah satu daerah yang memiliki banyak peninggalan sejarah, dilokasi tersebut terdapat situs dengan tinggalan berupa makam dan gua-gua , diataranya terletak di gunung Pasanggrahan, diketinggian 1500m dpl , makam-makam yang terdapat di selacau berbentuk punden berundak yang terdiri atas 3 bagian atau kelompok makam yang batas antara makam satu dengan makam lainnya berupa tangga, bentuk punden berundak tersebut menunjukan pada masa dahulu terutama pada masa kerajaan hindu dan kesultanan, strata sosial begitu kental, Raja atau sultan sebagai simbol utama kekuasaan umumnya disimbolkan dalam bentuk makam atau petilasan yang berada paling atas diantara makam-makam lainnya, sedangkan pada tahap kedua adalah simbol orang-orang yang dekat dengan raja atau sultan seperti para adipati atau para penasehat raja, pada tahap ke tiga disimbolkan sebagai makam prajurit,yang setia kepada raja pada zaman hindu atau sultan pada zaman Islam. Batu-batu yang digunakan pada setiap kelompok makam adalah batu-batu menhir atau susunan batu yang berdiri tegak,selain susunan batu yang berdiri tegak juga susunan batu seperti dolmen yang tersusun rapih membentuk altar.
Situs yang dapat ditemukan di selacau Parungponteng meupakan situs yang berkelanjutan yang menjadi simbol tahapan setiap pase prasejarah sampai pase kesultanan. Di sebelah barat kesultanan terdapat kampung Cikondang Desa Karya Bakti terdapat peninggalan dalam bentuk batu, dan didalam salah satu gua terdapat batu uncal yang konon dahulu menjadi penyembahan, di beberapa dinding gua terdapat tulisan-tulisan dengan huruf sunda kuno. Hal ini membuktikan adanya aktivitas masa lalu. Riwayat singkat Sebelum berdirinya kesultanan Selacau, di disekitar Selacau telah ada kehidupan yang terorganisir dalam bentuk pemerintahan kebataraan yang menganut ajaran hindu. Dengan bantuan wali songo dari pemerintahan kebataraan yang mnenganut ajaran hindu itu dapat dirubah menjadi pemerintahan kesultanan yang menganut ajaran islam, dan pusat pemerintahannya dipindahkan ke Kalindung, dilokasi keraton terdapat situ/tempat pemandian raja dan ratu yang dinamakan situ hyang, sedangkan sumber pengairan bagi masyarakat dibawah wilayah kesultanan dari situ. Pada taun 1549M/969H, Wali Songo beserta Pandawa Lima dan anggota-anggota yang sudah sepenanggungan sepakat mendirikan sebuah organisasi yang dinamakan ”Sela Cau”. Pandawa Lima yang anggotanya mempunyani lima yaitu Raden Patra Kusumah, Raden Arsa Bangsa, Raden Sata Taruna, Raden Patih Dipa Manggala dan Pangeran Bungsu Damiyani.
Ketika pandawa lima dan anggotanya terseret atau terdesak oleh musuh mereka selalu berlindung di kerumunan pohon cau (pisang,sunda) sehingga musuh tidak melihat. dan akhirnya mereka diberi gelar ”Sunan Sela Cau”. Maka gelar sunan sela cau itu abadi, sampai sekarang banyak tokoh atau kiayi yang bertawasul kepada ”Sunan Sela Cau”
Situs yang dapat ditemukan di selacau Parungponteng meupakan situs yang berkelanjutan yang menjadi simbol tahapan setiap pase prasejarah sampai pase kesultanan. Di sebelah barat kesultanan terdapat kampung Cikondang Desa Karya Bakti terdapat peninggalan dalam bentuk batu, dan didalam salah satu gua terdapat batu uncal yang konon dahulu menjadi penyembahan, di beberapa dinding gua terdapat tulisan-tulisan dengan huruf sunda kuno. Hal ini membuktikan adanya aktivitas masa lalu. Riwayat singkat Sebelum berdirinya kesultanan Selacau, di disekitar Selacau telah ada kehidupan yang terorganisir dalam bentuk pemerintahan kebataraan yang menganut ajaran hindu. Dengan bantuan wali songo dari pemerintahan kebataraan yang mnenganut ajaran hindu itu dapat dirubah menjadi pemerintahan kesultanan yang menganut ajaran islam, dan pusat pemerintahannya dipindahkan ke Kalindung, dilokasi keraton terdapat situ/tempat pemandian raja dan ratu yang dinamakan situ hyang, sedangkan sumber pengairan bagi masyarakat dibawah wilayah kesultanan dari situ. Pada taun 1549M/969H, Wali Songo beserta Pandawa Lima dan anggota-anggota yang sudah sepenanggungan sepakat mendirikan sebuah organisasi yang dinamakan ”Sela Cau”. Pandawa Lima yang anggotanya mempunyani lima yaitu Raden Patra Kusumah, Raden Arsa Bangsa, Raden Sata Taruna, Raden Patih Dipa Manggala dan Pangeran Bungsu Damiyani.
Ketika pandawa lima dan anggotanya terseret atau terdesak oleh musuh mereka selalu berlindung di kerumunan pohon cau (pisang,sunda) sehingga musuh tidak melihat. dan akhirnya mereka diberi gelar ”Sunan Sela Cau”. Maka gelar sunan sela cau itu abadi, sampai sekarang banyak tokoh atau kiayi yang bertawasul kepada ”Sunan Sela Cau”
PENERUS KETURUNAN KESULTANAN PATRA KUSUMAH SELACAU
RDN SULTAN PATRA KUSUMAH VIII
“Kami ingin Sela Cau Dijadikan Wilayah Istimewa seperti Wilayah Kesultanan Lainnya di Jogjakarta”
Ditemui di kediamannya di Cagar Budaya Sela Cau, Rohidin yang lebih dikenal dengan Sultan Patra Kusumah VIII dengan lugas dan jelas memaparkan sejarah berdirinya Kerajaan Sela Cau.
Berlokasi di Kampung Nagaratengah Desa Cibungur Kecamatan Parungponteng Kabupaten Tasikmalaya, Rohidin mengklaim dirinya sebagai putra mahkota Kerajaan Sela Cau yaitu Sultan Generasi ke delapan Kerajaan Sela Cau.
Menurut Rohidin, dirinya bercita cita ingin melestarikan sejarah dan budaya sunda.
“Dasar kami adalah budaya, kami akan memberitahu kepada orang yang belum tahu, dan mengajak warga masyarakat yang merasa orang sunda untuk peduli terhadap budayanya” ,ujarnya.
Terlepas benar dan tidaknya kerajaan Sela Cau ini, berikut hasil penelusuran kami tentang sejarah keberadaan Kerajaan Sela Cau yang berhasil kami rangkum dari petikan wawancara kami dengan Rohidin, Sultan Patra Kusumah VIII pada hari Kamis (25/11)
Pada taun 1549M/969H, Wali Songo beserta Pandawa Lima ini dan anggota-anggota yang sudah sepenanggungan ini sepakat mendirikan sebuah organisasi yang dinamakan ”Sela Cau” kenapa organisasi itu dinamakan Sela Cau?, karena Pandawa Lima yang anggotanya mempunyani lima yang sangat tinggi, dan Sela Cau di ambil dari ujukan-ujukan musuhnya, yaitu ketika pandawa lima dan anggotanya terseret atau terdesak oleh musuh mereka selalu berlindung di rimbunnya pohon cau sehingga musuh tidak melihat dan, sesuai dengan wilayah tanah pasundan, dari mula dulu sampai sekarang tanah pasundan dipenuhi oleh kebun cau yang ada dimana-mana, dari mulai tanaman rakyat yang pada kebanyakan rakyat itu menanam cau. Kata cau adalah: kata yang diambil dari bahasa ”Sunda ” yang berarti ”Pohon Pisang” . dan akhirnya mereka diberi gelar ”Sunan Sela Cau”. Maka gelar sunan sela cau itu abadi, sampai sekarang banyak tokoh atau kiyai yang bertawasul kepada ”Sunan Sela Cau” makanya dalam setiap hajatan dan tasakuran orang-orang selalu menghormatinya atau mendoakan atas jasa-jasanya dan mengharapkan Sari’at, kehormatan atau maunat dari bertawasul kepada ”Sunan Sela Cau” tersebut, yang sangat terkenal kesaktiannya dan kegigihannya dalam memperjuangkan syiar agama islam ini.
Perjuangan sunan sela cau yaitu: menbangun pemerintah sementara dibawah pimpinan sultan Cirebon, yang pada waktu itu sudah dipimpin oleh “Sultan Pangeran Pasarean” yang didampingi senopati patahilah, atau yang bergelar kibagus pasai. Itu setelah berakhirnya Agresi Militer atau serangan ke galuh. Wafatnya Raden Ariya Kiban dan Raden Cakra Ningkrat (Raja Galuh) atas perintah Sultan Cirebon, pemerintahan di Galuh di perluas lagi sampai Tasikmalaya , Garut dan Sumedang, dalam memperluas jaringan pemerintah.
Pemerintah yang dimotori oleh Sunan Sela Cau telah sampai penyebaran atau perluasannya hingga ke pamijahan tasikmalaya. Dengan hasil kesepakatan Sunan Sela Cau menetaplah di wilayah Sunan Sela Cau yang berada disebelah selatan kabupaten tasik malaya yaitu:
- Kecamatan Parung Ponteng
- Kecamatan Sodinghilir dan,
- Kecamatan Bantar Kalong
dan Sunan Sela Cau menetaplah di wilayah itu terutama di wilayah pamijahan adalah bekas salah satu kediaman Sultan Aulia Allah yaitu:”Syekh Abdul Qodir Djaelani”. Setelah lama menetap di wilayah sela cau dengan perjuangan yang sangat panjang, maka terkenallah Sunan Sela Cau itu sampai ke pelosok Nusantara . termasuk Mataram dan sekitarnya.
Maka selama itu sunan sela cau sudah ada pada priode atau jaman kejayaan wali songo, sebelum datangnya syekh abdul Muhyi ke pamijahan. Datangnya Syekh Abdul Muhyi ke pamijahan karena dapat utusan untuk membangun wilayah istimewa pamijahan. Karena adanya keberhasilan pasukan rahasia yang dipimpin oleh ”Raden Patra Kusumah”, dalam memperluas agama islam termasuk mempersempit kekuasaan padjadjaran karena pada waktu itu kerajaan Padjdadjaran beragamakan hindu setelah syekh h. Abdul Muhyi ke pamijahan dengan berbagai macam rintangan, menurut cerita ketika itu datanglah seorang kakek-kakek bertamu ke pamijhan yaiut : Raden Patakusuma dan kebetulan pada waktu itu Syekh H. Abdul Muhyi berada di masjidil harom mekah lagi salat dekat ka’bah tepatnya batu hajar aswad karena kesaktiannya beliau tahu bahwa di rumah pamijahan ada tamu yaitu: pemimpin Sunan Sela Cau, dalam benaknya Syekh Abdul Muhyi ingin menguji dan mencoba kesaktiannya raden patra kusuma itu, dan syekh abdul muhyi pulang kerumahnya pamijahan setelah sampai dirumahnya Syekh Abdul Muhyi beramah tamah atau menemui raden patra kusuma itu. Setelah lama bersenda gurau dengan Reden Patra Kusuma Syekh Abdul Muhyi berbicara ”maaf sebelum meneruskan obrolan saya ketinggalan tasbih di ka’bah mau di ambil dulu” itu kata syekh abdul muhyi kepada raden patra kusuma sudah tau bahwa, syekh abdul muhyi mau menguji dirinya. Dengan sikap ramah beliau menawarkan jasa kepada Syekh H. Abdul Muhyi dengan sikap yang ramah raden patra kusuma berkata sambil duduk bersila dan tidak merubah anggota badannya ”biar akan saya ambilkan” selesai beliau berbicara ternyata tasbih yang ditinggalkan syekh Abdul muhyi itu sudah ada di depannya, maka pada waktu itu Syekh H Abdul Muhyi berkata ”maha suci allah ternyata benar-benar raden patra kusuma itu adalah orang yang Saktimantraguna”.
Pada waktu itu Syekh Abdul Muhyi sangat muda dibanding dengan raden patra kusuma yang usianya suadah lanjut (senja). Dalam kiprah kejayaan organisasi sela cau itu ! diresmikan organisasi itu pada tahun 969 H, bertepatan dengan tahun 1589 M. Kesimpulan kejayaan organisasi sunan sela cau 40 tahun. Menurut cerita usia orang-orang sunan sela cau mencapai rata-rata diatas 200 tahun. (TIM)
Terkait
LOMBA RAMPAK SEKAR SENI SUNDAdalam "Umum"
Reaktualisasi Gerakan Pemuda Tasikmalaya Selatandalam "Pemerintahan"
Kategori:Umum
Langganan:
Postingan (Atom)
Kesultanan Selacau? Nama ini tentu saja asing di telinga siapa pun, tak terkecuali para pengamat sejarah. Nama kesultanan ini memang tak secuil pun dibahas di berbagai catatan lokal Tasikmalaya, tidak pula Jawa Barat. Beberapa waktu silam, TVRI Jabar-Banten memang pernah menayangkan liputan mengenai Kesultanan Selacau, tetapi mungkin lolos dari pengamatan banyak orang. Lagi pula, dalam tayangan televisi “pelat merah” itu, informasi mengenai Kesultanan Selacau tidak dibahas secara lengkap.
Ketika bertemu dengan sang sultan muda belia itu, penjelasan agak lebih terang benderang. “Saya juga heran, mengapa Kesultanan Selacau oleh pemerintah sendiri tidak pernah diungkapkan kepada khalayak,” tutur Sultan Rohidin.
Kesultanan Selacau berdiri pada 1549 dengan penguasanya bernama Sultan Patrakusumah. Pusat keratonnya berada di Kampung Nagaratengah, Kabupaten Tasikmalaya, sebuah bangunan keraton berupa bangunan kayu seluas 1.500 meter persegi. Keraton itu kini tak lagi ada karena dibumihanguskan oleh Belanda, empat puluh tahun kemudian (1589). Belanda benci karena Kesultanan Selacau tidak mau bersekutu, bahkan sebaliknya selalu berupaya mengusir Belanda dari Selacau. “Ini yang menyakitkan-hati saya sebagai keturunan Sultan Sembah Dalem Patrakusumah. Kesultanan Selacau tidak pernah ber-khianat terhadap bangsa. Namun, pemerintah tak pernah menghormati kami dengan cara mencoba merawatnya,” kata Sultan Rohidin.
Dokumen Kesultanan Selacau kini sudah menjadi milik sah Pemerintah Belanda. Soalnya, berdasarkan peraturan yang berlaku di negara itu, dokumen atau kekayaan apa pun, bila selama empat puluh tahun tidak diambil oleh ahli warisnya, akan menjadi milik Belanda. “Sudah 140 tahun lebih dokumen Kesultanan Selacau berada di Leiden. Bila diperjuangkan mau diambil, harus melalui pengadilan di sana dan kami kerepotan untuk mengurusnya,” tutur Sultan Rohidin.
Setelah kehancuran Pajajaran
Kesultanan Selacau berdiri seiring dengan hancurnya Kerajaan Pajajaran. Berdasarkan catatan keluarga Selacau, sesudah Pajajaranhancur, secara berturut-turut, berdiri wilayah kekuasaan baru. Wilayah Sundakalapa dikuasai oleh Perserikatan Perusahaan Hindia Timur (Vereenigde Oostindische Compag-nie;VOC) dan wilayah Banten dikuasai oleh Kesultanan Banten. Wilayah Kuningan, Cirebon, dan Indramayu dikuasai oleh Kesultanan Cirebon, sedangkan wilayah timur Sungai Citarum hingga wilayah selatan Jabar dikuasai oleh Kesultanan Selacau. “Batas pantai mulai dari Pangandaran di timur hingga Cipatujah, Cilauteureun, Rancabuaya Cicau, Cianjur Selatan adalah wilayah pantai Kesultanan Selacau,” ujar Sultan Rohidin.
Pada abad ke-16 itu, menurut Sultan, bentuk pemerintahan Kesultanan Selacau sudah modern. Dulu, pada zaman kerajaan, semua keputusan negara bergantung kepada raja. Di era Kesultanan Selacau sudah ada pembagian kekuasaan. Terdapat semacam Dewan Pertimbangan Agung yang pusat kegiatannya di Taraju. Ada pula Mahkamah Agung, pusat kegiatannya di Sancang. Selain itu, Kesultanan Selacau pun memiliki pejabat kejaksaan yang disebut Dalem Pangudar. Sementara, perwakilan kekuasaan di daerah diserahkan kepada para adipati. “Raden Sacataruna menjadi adipati di wilayah utara, bertempat di Cipaingeun, Sodonghilir. Sementara adipati wilayah selatan adalah kakek moyang Gubernur Sewaka, bertempat di Culamega. Adipatidi wilayah barat bernama Syeh Abdul Pa-ngeling, sedangkan wilayah timur diberikan kepada adipati Suryaningrat, berkantor di Genggelang, Parungbonteng,” tutur salah seorang pembantu Sultan.
Bukti-bukti fisik akan keberadaan wilayah kesultanan memang sudah sulit ditemukan, kecuali beberapa artefak kuno, semisal makam Sultan Sembah. Dalem Patrakusumah. Di beberapa gua, terdapat pula tulisan-tulisan yang disusun dari huruf Sunda kuno. Menurut para pembantu Sultan Rohidin, isinya adalah paparan sejarah mengenai keberadaan Selacau. Di wilayah Batugede juga didapat prasasti, semacam peringatan atas perjuangan pasukan Kesultanan Selacau tatkala melawan VOC. “Cimukeya, yaitu pemandian raja di Situhiang, masih ada bekas-bekasnya walaupun samar, begitu pun bekas alun-alun kesultanan,” tutur mereka. “Kami butuh pengakuan. Jangan biarkan sejarah masa lalu Sunda tenggelam dan tak diketahui anak cucu”. (Aan Merdeka Permana)***
bisa d pertanggung jawabkan pekerjaan kita nantinya di hadapan alloh???
kesultanan selacau sudah diakui keberadaannya oleh PBB
dokumen resmi nya ada d belanda . .
http://www.bataviase.co.id/node/541772
Saya atas nama keturunan Sultan Patra Kusumah menyadari atas semua tanggapan pro dan kontra,adalah hak saudara.Tapiupaya saya ini dalam rangka turut serta membantu program pemerintah dalam melestarikan Sejarah Budaya berdasarkan UUD ’45 pasal 28i ayat 3; Budaya adalah hak masyarakat, negara menjungjung tinggi selaras dengan kemajuan jaman, mengacu kepada UU 1992 No. 5 dan No 27 yang sudah disempurnakan dengan terbitnya UU Cagar Budaya No. 11 th 2010.
Saya atas nama pribadi sangat menyayangi saudara semua.ataskritik dan saran saya terima dengan ikhlas,semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memaafkan atas kekhilafan kita semua.
Upaya saya dan pekerjaan yang saya lakukan saya rasa setelah dipertimbangkan tidak merugikan kalian begitu juga menghambat program-program pemerintah.Urusan keyakinan beragama saya sangat menjungjung tinggi Bhineka Tunggal Ika dan Pancasila. Agama Pribadi dan keluarga saya Islam.Patokan saya dalam beragama Lakum dhinukum waliyadin.sekali lagi saya ucapkan terimakasih kepada seluruh yang memberikan komentar tentang cagar Budaya yang saya kelola.Salam sejahtera, semoga kedamaian kita dapat raih bersama.
ketua cagar Budaya Selacau Tunggul Rahayu dengan nama marga keluarga besar Sultan Patra Kusumah
Saya atas nama keturunan Sultan Patra Kusumah menyadari atas semua tanggapan pro dan kontra,adalah hak saudara.Tapiupaya saya ini dalam rangka turut serta membantu program pemerintah dalam melestarikan Sejarah Budaya berdasarkan UUD ’45 pasal 28i ayat 3; Budaya adalah hak masyarakat, negara menjungjung tinggi selaras dengan kemajuan jaman, mengacu kepada UU 1992 No. 5 dan No 27 yang sudah disempurnakan dengan terbitnya UU Cagar Budaya No. 11 th 2010.
Saya atas nama pribadi sangat menyayangi saudara semua.ataskritik dan saran saya terima dengan ikhlas,semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memaafkan atas kekhilafan kita semua.
Upaya saya dan pekerjaan yang saya lakukan saya rasa setelah dipertimbangkan tidak merugikan kalian begitu juga menghambat program-program pemerintah.Urusan keyakinan beragama saya sangat menjungjung tinggi Bhineka Tunggal Ika dan Pancasila. Agama Pribadi dan keluarga saya Islam.Patokan saya dalam beragama Lakum dhinukum waliyadin.sekali lagi saya ucapkan terimakasih kepada seluruh yang memberikan komentar tentang cagar Budaya yang saya kelola.Salam sejahtera, semoga kedamaian kita dapat raih bersama.
ttd. Rohidin bin Saepuloh
ketua cagar Budaya Selacau Tunggul Rahayu dengan nama marga keluarga besar Sultan Patra Kusumah
preman juga tidak terlalu seperti itu
jangan-jangan pak haji naik hajinya ke tanah abang…..hehehe
jadi haji tanah abang kaleeeee
urang mah te kedah seueur carios nu tepararuguh
urang bandungan w
yg kurang setuju, yah jgn d salahin lah , pan beda pandangn adalah ‘rohmat’
:-)
Kembali Ke UUD 1945 yang asli
Merdeka !!!
lalakon nu rupa- rupa ngawuwuh carita nu jadi loba. urang salaku manusa biasa ngan bisa marengan lalakon sok sanajan teu apal awal akhirna anging kersaning Alloh Taala nu nangtukeun obah na jaman. Saur Prabu Siliwangi “Raja nu sajati nyaeta Raja anu apal ka rahayatna, ngaing teu pantes jadi Raja mun somah sakabehna kalakah lapar jeung balangsak”. sumangga ayeunamah urang lenyepan Wangsit Siliwangi nu kumaha nu pantes jadi raja teh. sok urang siar hiji-hiji sangkan urang geuwat masagi ngan kudu inget nu bakal jadi raja lain jalma nu agul ku pangkat, lain nu ngukur kanu pangkat, lain nu serab ku pangkat. nu bakal jadi raja estuna jalma nu geus apal kanu dirina ti mana asal kamana balik.
nu ngatik kanu leutik, teu luhur saur teu bahe carek asak sasar asak jeujeuhan teu poho katemah wadi teu adigung gede hulu, lantip lancip leuleus, jeujeur liat tali luhung ku pangaweruh jembar ku panalar. bral geura moyan lamun geus kasiar hiji-hiji. ngan omat Raja nu sajati TARA NGANYERIKEUN JALMA NU LEUTIK. Wassalam…… TUBAGUS WIKARTA SURYAKUSUMAH ti Lebak Larang Sumedang. HIBAR BUANA Tlp. 085322270902
namanya juga yayasan sangat cocok mencagarkan budaya , selagi mampu mengelola dana amanah yayasan tak jadi masalah , saya sebagai CALON presiden RI dimasa mendatang MENDUKUNG PAK ROHIDIN DI LINDUNGI HAK ASASINYA MENURUT PASAL 17 UU HAM … , saya kira PAK ROHIDIN telah DEWASA untuk menunjukan didunia nasional DAN INTERNASIONAL salahsatu MASYARAKAT SUNDA yang membuka file file tersembunyi di lembar lembar NEGARA GOIB … Saya atasnama kandidat CALON PRESIDEN RI dimasa mendatang sangatlah SALUT BIN KAGET atas pelaksanaan GABUNGAN PELAKSANAAN UU DI SATU YAYASAN ,
UU YAYASAN , UU CAGARBUDAYA , UU PERS , UU HAM , UU PENYIARAN , dan seyogyanya BERMANFAAT untuk HAJAT HIDUP ORANG BANYAK , Sebab kita tahu dan paham betul bagaimana cara pengawasan DANA YAYASAN .
Semoga saja bukan merupakan GAMBARAN SYAHWAT KEKUASAAN PRIBADI
ALLAH BERSAMA KALIAN
Wasalam
TTD
PADEPOKAN NAGARANA INDONESIA
BRIGADE GARUDA KHUSUS
KORPS LKHRI
562 MASEHI – 2012 MASEHI
MAJULAH KALIAN. TTD RDN.ROHIDIN PK VIII
Maju terus pak rohidin…..semangat.
mugi mugi dicaangkeun
abdi ti cirebon
incuna aki amban
buyutna uyut munasan
mangga ayna mah urang cukcruk ka tempat na kanggo ngayakinkn sgala rupa ocehan jeung cemoohan urang! buktikn bahwa urg lain jelma bodo nu bisa di bobodo kitu wae jeung ukur ngomong tukangeun wungkul!!
da ceuk beja mah panto imah na ge selalu terbuka untuk umum, bisi uraang boga tugenah kapanasaran! sok diantos, daripada urang komentar te puguh komo bari kasar jeng ngandung unsur SARA mh, kan eta teu alus!!
kruing mah satuju wae kana sagala rupa komentar publik mh, ngan supaya ulah jadi fitnah yap urg buktgikn!!!
“Putra Banyumas” 065
“sur paripaosnamah “GOGOG NGAGOGO KAPILAH NGALANGKUNG” + Biasa we nyuhunkn siumbangsihna kapalihan Ciwarak.
Aing geus ngutus jelema keur neangan sia, mun kapanggih ceuk agama ge getih sia mah halal, tukang ngahina ka Ulama. Mun panasaran teang aing ka Pasantren Syekh Abdul Muhyi.
tp sok ath upami leres bpk ay kawani mh erenken eta pasir besi,
sareng tong d kampung hungkul ath ngawangkong hyng janten presidenna,
da indonesia teh sanes parungponteng hungkul,
sok ath wawancara dna TvOne supados tarerangen k bpk,,
da indonesia te sanes parungponteng hungkul !!!
kedah arelingnya
Gumz borlandz,bandung timur….kp.bojonggede pojok,kec.solokanjeruk,kab.bandung…
Ketika bertemu dengan sang sultan muda belia itu, penjelasan agak lebih terang benderang. “Saya juga heran, mengapa Kesultanan Selacau oleh pemerintah sendiri tidak pernah diungkapkan kepada khalayak,” tutur Sultan Rohidin.
Kesultanan Selacau berdiri pada 1549 dengan penguasanya bernama Sultan Patrakusumah. Pusat keratonnya berada di Kampung Nagaratengah, Kabupaten Tasikmalaya, sebuah bangunan keraton berupa bangunan kayu seluas 1.500 meter persegi. Keraton itu kini tak lagi ada karena dibumihanguskan oleh Belanda, empat puluh tahun kemudian (1589). Belanda benci karena Kesultanan Selacau tidak mau bersekutu, bahkan sebaliknya selalu berupaya mengusir Belanda dari Selacau. “Ini yang menyakitkan-hati saya sebagai keturunan Sultan Sembah Dalem Patrakusumah. Kesultanan Selacau tidak pernah ber-khianat terhadap bangsa. Namun, pemerintah tak pernah menghormati kami dengan cara mencoba merawatnya,” kata Sultan Rohidin.
Dokumen Kesultanan Selacau kini sudah menjadi milik sah Pemerintah Belanda. Soalnya, berdasarkan peraturan yang berlaku di negara itu, dokumen atau kekayaan apa pun, bila selama empat puluh tahun tidak diambil oleh ahli warisnya, akan menjadi milik Belanda. “Sudah 140 tahun lebih dokumen Kesultanan Selacau berada di Leiden. Bila diperjuangkan mau diambil, harus melalui pengadilan di sana dan kami kerepotan untuk mengurusnya,” tutur Sultan Rohidin.
Setelah kehancuran Pajajaran
Kesultanan Selacau berdiri seiring dengan hancurnya Kerajaan Pajajaran. Berdasarkan catatan keluarga Selacau, sesudah Pajajaranhancur, secara berturut-turut, berdiri wilayah kekuasaan baru. Wilayah Sundakalapa dikuasai oleh Perserikatan Perusahaan Hindia Timur (Vereenigde Oostindische Compag-nie;VOC) dan wilayah Banten dikuasai oleh Kesultanan Banten. Wilayah Kuningan, Cirebon, dan Indramayu dikuasai oleh Kesultanan Cirebon, sedangkan wilayah timur Sungai Citarum hingga wilayah selatan Jabar dikuasai oleh Kesultanan Selacau. “Batas pantai mulai dari Pangandaran di timur hingga Cipatujah, Cilauteureun, Rancabuaya Cicau, Cianjur Selatan adalah wilayah pantai Kesultanan Selacau,” ujar Sultan Rohidin.
Pada abad ke-16 itu, menurut Sultan, bentuk pemerintahan Kesultanan Selacau sudah modern. Dulu, pada zaman kerajaan, semua keputusan negara bergantung kepada raja. Di era Kesultanan Selacau sudah ada pembagian kekuasaan. Terdapat semacam Dewan Pertimbangan Agung yang pusat kegiatannya di Taraju. Ada pula Mahkamah Agung, pusat kegiatannya di Sancang. Selain itu, Kesultanan Selacau pun memiliki pejabat kejaksaan yang disebut Dalem Pangudar. Sementara, perwakilan kekuasaan di daerah diserahkan kepada para adipati. “Raden Sacataruna menjadi adipati di wilayah utara, bertempat di Cipaingeun, Sodonghilir. Sementara adipati wilayah selatan adalah kakek moyang Gubernur Sewaka, bertempat di Culamega. Adipatidi wilayah barat bernama Syeh Abdul Pa-ngeling, sedangkan wilayah timur diberikan kepada adipati Suryaningrat, berkantor di Genggelang, Parungbonteng,” tutur salah seorang pembantu Sultan.
Bukti-bukti fisik akan keberadaan wilayah kesultanan memang sudah sulit ditemukan, kecuali beberapa artefak kuno, semisal makam Sultan Sembah. Dalem Patrakusumah. Di beberapa gua, terdapat pula tulisan-tulisan yang disusun dari huruf Sunda kuno. Menurut para pembantu Sultan Rohidin, isinya adalah paparan sejarah mengenai keberadaan Selacau. Di wilayah Batugede juga didapat prasasti, semacam peringatan atas perjuangan pasukan Kesultanan Selacau tatkala melawan VOC. “Cimukeya, yaitu pemandian raja di Situhiang, masih ada bekas-bekasnya walaupun samar, begitu pun bekas alun-alun kesultanan,” tutur mereka. “Kami butuh pengakuan. Jangan biarkan sejarah masa lalu Sunda tenggelam dan tak diketahui anak cucu”. (Aan Merdeka Permana)***
KANG PUNTEN “PANDAWA LIMA ” ? saha wae????
teu ka awakan eung jadi presiden Indonesia.Paling jadi persiden kuburan saraja!!!!!
“Ancik-ancik ing bumi eunteup dina sela kembar, srangenge awak lintang purnama sajati, walyatalaththof walaa yusy’ironnabikum ahadaa. Hayu urang teuleum !
diantara dialog aya nu ngadukung oge aya nu hayang apal
luar biasa Pak Rohidin parantos muka carita nu lawas ilang laratan
saumur manusa moal sa umur dunya
saukur manusa nu mibanda jalan pamuka kitab rusiah dunya
Insya Allah bakal kabukti
aya wayang aya dalang aya nu lalajo
” KANDANG WESI MOKSANAKAABADIAN ”
SUNAN KANDANGWESI
Yth. Bapak Rohidin / SULTAN PATRA KUSUMAH
Di
Tempat
sehubungan telah mencalonkannya bapak menjadi Presiden RI , Kami segenap KELUARGA BESAR GOEDANG ARSIP SOENDALAND 1708 masehi , merasa tergugah untuk turut serta memahami situasi dan keadaan silsilah silsilah dalam caturangga SILIHWANGI MOKSANA KAABADIAN .
Dengan segenap perasaan terharu dan penuh rasa kesabaran di PADEPOKAN BUDAK ANGON GUNUNG PUNTANG SIMAJUNGJANG patilasan terakhir MARKAS BESAR INTELIJEN PAJAJARAN SURYAKANCANA , kami masih menunggu tentang sebenarnya yang terpilih sebagai CALON PRESIDEN RI 2014 , Melalui MASUKAN dari Kangjeng MAHADI TARUNA WIJAYA SUNAN HARUMANJAYA SILIHWANGI yang memegang peran dalam siklus siklus dikeluarkannya arsip arsip tentang riwayat sunda buhun sunda lalanan sunda jaya dan traktat traktat perjanjian RAKEYAN AMBU HIJAS 562 MASEHI jauh sebelum LAHIRNYA SUNAN SELACAU .
Melalui surat ini kami memaklumatkan apabila wilayah SUNAN SELACAU mau di JADIKAN SETINGKAT DAERAH ISTIMEWA SEBAGAIMANA JOGJAKARTA , KIRANYA PANTAS SIAPAPUN PENDUKUNG YANG SEBENARNYA MENDUKUNG ADANYA PEMULASARAAN PATILASAN SUNAN SELACAU HARUS MEMINTA KEPADA PEMERINTAH RI PUSAT DAN PROVINSI MENANGGALKAN SERTIFIKAT SERTIFIKAT PERHUTANI .
Melalui surat ini Kami GENERASI SUAKA MAKUTA TRIPATI yang dulu disusupi INTELIJEN TAMBUH SANGKANE dari MADAGASKAR merasa prihatin atas keributan kecil antara KETURUNAN PANDAWA LIMA yang diutarakan oleh SASTRAWAN SELACAU .
Dengan segenap rasa mewakili harapan KELUARGA BESAR MASYARAKAT JAWA BARAT khususnya yang jelas lengkap dapat dipertanggungjawabkan dari aspek YURIDIS dan aspek ADMINISTRASI garis keturunan SILIHWANGI yang sekarang sudah menjadi warga negara INDONESIA ; kunaon ieu teh KALAH RARIBUT MAREBUTKEUN NAON ????
RAKEYAN SANCANG
SUAKA MAKUTA TRIPATI / GENERASI KE – 15 / 562 MASEHI – 2013 MASEHI
085315550086, 082120131976
Tulung Tulung ……………!!!!
From : Tumenggung Patra Kusuma, Ka 10
wasalam
pribados nu reueus ka sajarah sukapura
Fais Walatra
karatuan nu nguasai kanagaraan tereh kulon karesian artina jadi guru guru kaelmuan tereh wetan karahwanaan nu nguasai ekonomi jeng stategi kitu carita kolot ngenaan guaucing ega awisan sejarah pusatna moksa jengumpulna nuaya disabuderen selacau bahela ker ngaping lijelemaen nubaris dipintonken dijagoken dinswaktuna dukasaha jalmina mangaurang bandungan wae waktu nubaris nangtuken iyeu carita geletukbatu kecebuf caina kunpayakunbiidnillah manga sing taliti moal aya wayang mhn teu aya dalang mkal aya ngaran mun teu aya numere ngaran kitu ngenaan sejarah selacau guha ucing pasirkolotok jeng kampung pangangonan etesadaysna awisan sejarah akhirjaman
ada hal positif maupun negatif tentang adanya ataupun dikenalnya seorang sultan beserta kesultanannya ..terutama di daerah priangan timur. .dan saya sebagai warga priangan menyambut baik akan hal itu..
akan tetapi inti dari adanya kesultanan ini masih belum dapat di rasakan bagi berbagai pihak. sekiranya memang baik dan menjadi tauladan seperti para pendahulunya di kesultanan sela cau. silahkan berikan kami keyakinan dan kekaguman akan hal positif yang lebih mendominasi kepada ajaran islam dan kerakyatan.
sy sudah melihat ke slh 1 wilayah kesultanan sela cau..dan mengakui bahwa wilayah kekuasaannya sudah meluas akan tetapi di bbrp titik wilyah itu masih di dominasi dengan kurang baiknya jalur transportasi (jalan rusak) sdngkan setelah sy berdialog dgn slh 1 warga di sekitar daerah kekuasaan sela cau mreka mengatakan bahwa sultan PK VIII lbh memilih membeli semua kendaraan trayek di daerah tsb.
prtanyaan nya?? apa gunanya anda sultan bertindak sperti itu..? apabila anda ingin seperti kerajaan kesultanan seperti daerah lain? kenapa anda tidak lebih mementingkan keinginan rakyat sekitar sebagi awal benahi daerah” sekitar anda ..karena masih bnyk potensi wisata di daerah tsb yg blm ter Xpose, benahi jalur transportasi dengan perbaikan jalan yang standar yang layak untuk dilalui.
apabila anda sudah berhasil… sy sebagai wakil dr semua warga priangan timur meyakini kalo anda patut jd tauladan dan memang penerus dr leluhur anda ..
makasih :D kepp spirit, keep moving, keep smile,..OK!!!
Wassalam…
Apakah sifat orang sunda itu sudah jauh melenceng dari yang saya ketahui melalui orang tua dan sesepuh keluarga yang begitu santun dan dopan namun penuh ketegasan dan kewibawaan.
Mari kita tata kembali budaya itu.
Keep cool and be wise !
Hormat saya untuk anda semua.
Wahyudi Iriana
Apakah sifat orang sunda itu sudah jauh melenceng, dari yang saya ketahui melalui orang tua dan sesepuh keluarga yang begitu santun dan sopan namun penuh ketegasan dan kewibawaan.
Mari kita tata kembali budaya itu.
Keep cool and be wise !
Hormat saya untuk anda semua.
Wahyudi Iriana
Keep up the good work! You already know, many persons are hunting around for this information,
you could help them greatly.
Tapi kenapa orang” suka banget jiarah ke pamijahan y?
Cuma di tempat saya sering di kenal dengan nama ROHIDIN.
Tmpat tinggal ny jg tau. Tapi saya jarang liat orang ny. Soal ny saya selalu ada d luar kota
,… Nuku (Tidore),…Hasanudin (Banten & Goa),..Sultan Haji (B.Mansyur-Banten),..P.Jayakerta (jakarta),..T.Angke (Jakarta),..Adipati Unus (Demak), Syarif Hidayatulah, Faletehan, Cut Nyak Dien, Syech Abd.Muhi,…dan masih banyak lagi yang tidak bisa disebut satu persatu,…Beliau adalah Para Syuhada Pemilik Bumi Nusantara sejati,..Pewaris kekayaan Nusantara yang sebenarnya ,…
Rd. Pemanah Rasa
Sok ah geura baruktikeun ku sakabeh urang sunda ……………. ! tong parasea wae, ari parasea wae mah iraha rek nanjeurna atuh urang sunda teh ……………!
Ass. wr. wb. sampurasun ……………, salam kenal, saya Rd. Budi Nur Rachmat /putra ke-8 dari Rd. Ismoe Alam/putra ke-2 dari Rd. Oeka Soekarja atmadja/putra dari Rd. Angkadisastra/putra ke-1 dari Rd. Anggadiwiredja/putra ke-4 dari Rd. Djanggadiredja/putra dari Rd. Djanggadikoesoemah ><Nyai R. Candranagara/putri ke-2 Kanj. Adipati Koesoemadinata I/putra ke-2 Kanj. Adipati Soetadinata/Putra kanj. Adipati Angganaya/putra ke-5 Kanj. Adipati Aria Pandji Djajanagara/putra Kiai Mas Adipati Imbanagara/putra Sang Adipati Panaekan/putra Maharaja Tjiptapermana II/putra ke-2 Maharaja Tjipta Permana I/putra Prabu Haur Koening/Putra Prabu Pucuk Umum (R. Ranggamantri)/putra Prabu Munding Sari Ageung/putu Prabu Sliwangi.
Nu Aredan beuki loba,..
Nyucruk ka Riwayat Pajajaran,..
Ngan Neangan harta jeung nama,..
Ngaing teu ridho,…maraneh
Paroho,..ka Akar,…
Tara tawasul ka kaula,..
Haji Pajajaran,…nu buni tina caang,…
Akar Ibu Peritwi
thouggh some have morte than others. Nasal sprays pose more serious risks to children and pets since the empty
bottles contain enough nicotine to harm them. I get them both in 6
mg of nicotine, the smallest amount available because I aam not a heavy
smoker.